Profil Desa Turus
Ketahui informasi secara rinci Desa Turus mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Turus, Kemiri, Purworejo. Mengupas tuntas potensi ekonomi dari sentra kerajinan bambu, khususnya besek. Simak geliat UMKM, pertanian lahan kering, serta data demografi dan tantangan perajin di desa kreatif ini.
- 
                
                
Sentra Kerajinan Bambu
Perekonomian desa secara dominan digerakkan oleh industri rumahan kerajinan anyaman bambu, dengan besek (wadah makanan tradisional) sebagai produk utamanya yang telah diwariskan secara turun-temurun.
 - 
                
                
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Kaum perempuan di Desa Turus memegang peranan sentral sebagai perajin dan motor penggerak utama dalam industri bambu, menjadikan sektor ini sebagai pilar penting bagi pemberdayaan ekonomi keluarga.
 - 
                
                
Ekonomi Adaptif Lahan Kering
Di luar kerajinan, ekonomi desa ditopang oleh sistem pertanian lahan kering (palawija) dan peternakan kambing skala kecil, yang menunjukkan kemampuan masyarakat beradaptasi dengan kondisi geografis perbukitan.
 
Desa Turus, sebuah desa yang terletak di wilayah perbukitan Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, telah lama dikenal bukan karena hasil panen padinya, melainkan karena kelihaian tangan-tangan warganya dalam mengolah bambu. Desa ini merupakan pusat atau sentra kerajinan anyaman bambu, khususnya pembuatan besek, wadah makanan tradisional yang ramah lingkungan. Aktivitas industri rumahan ini telah menjadi napas dan denyut nadi utama perekonomian desa, diwariskan dari generasi ke generasi. Di tengah gempuran kemasan modern, Desa Turus tetap konsisten menjaga warisan budayanya, menjadikan anyaman bambu sebagai simbol ketahanan ekonomi dan kreativitas masyarakatnya.
Kondisi Geografis dan Demografi
Secara geografis, Desa Turus berada di kawasan dengan topografi bergelombang atau perbukitan. Kondisi tanahnya yang berupa lahan kering (tegalan) tidak memungkinkan untuk budidaya padi sawah secara ekstensif. Namun kontur tanah ini justru sangat ideal bagi pertumbuhan rumpun-rumpun bambu yang menjadi bahan baku utama kerajinan lokal. Menurut data dari pemerintah kecamatan, luas wilayah Desa Turus yaitu sekitar 2,55 kilometer persegi, yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan tegalan, kebun bambu dan area permukiman.Adapun batas-batas administratif Desa Turus ialah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kerep
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rejosari
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bedono Karangduwur
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kerep
Berdasarkan data kependudukan terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo, Desa Turus dihuni oleh 1.985 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, maka tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 778 jiwa per kilometer persegi. Struktur kependudukan desa ini sangat unik, di mana hampir setiap rumah tangga terlibat dalam ekosistem industri kerajinan bambu, baik sebagai perajin, pemasok bahan baku, maupun pengepul.
Tata Kelola dan Dukungan Pemerintah Desa
Pemerintahan Desa Turus, yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa beserta perangkatnya, menyadari betul peran sentral kerajinan bambu bagi kehidupan warganya. Oleh karena itu, arah kebijakan dan program pembangunan desa banyak difokuskan untuk mendukung keberlangsungan industri ini. Prioritas pembangunan tidak hanya pada infrastruktur fisik seperti perbaikan jalan untuk memperlancar transportasi bahan baku dan produk jadi, tetapi juga pada program pemberdayaan sumber daya manusia.Kepala Desa Turus menyatakan komitmennya untuk mengangkat derajat para perajin. "Warisan kerajinan besek ini merupakan jantung ekonomi desa kami. Tugas kami di pemerintahan desa ialah memfasilitasi para perajin, terutama para ibu, agar hasil kerja keras mereka dihargai lebih layak di pasaran. Kami sedang menjajaki kemungkinan pembentukan koperasi atau penguatan BUMDes untuk memotong rantai tengkulak," ujarnya. Upaya ini menunjukkan adanya visi untuk mentransformasi industri tradisional ini menjadi lebih modern dan berdaya saing.
Ekonomi Kreatif Bambu sebagai Tulang Punggung Utama
Berbeda dari desa-desa lain di sekitarnya, tulang punggung ekonomi Desa Turus bukanlah cangkul dan sawah, melainkan bilah-bilah bambu yang dianyam menjadi produk bernilai. Aktivitas menganyam, terutama membuat besek, sudah menjadi rutinitas harian yang menyatu dengan kehidupan warga. Proses ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Para pria biasanya bertugas mencari dan memotong bambu, kemudian membelahnya menjadi bilah-bilah tipis. Selanjutnya, tugas menganyam menjadi mahakarya didominasi oleh para perempuan yang melakukannya di sela-sela pekerjaan rumah tangga mereka.Di teras-teras rumah, para ibu dan nenek dengan terampil menyilangkan bilah-bilah bambu, mengubahnya menjadi besek dalam berbagai ukuran. Produk ini memiliki permintaan yang stabil karena banyak digunakan sebagai wadah untuk acara hajatan, kemasan makanan tradisional seperti tape atau jenang, dan kini semakin populer sebagai alternatif kemasan ramah lingkungan.Seorang perajin perempuan senior menceritakan, "Menganyam ini sudah saya lakukan sejak gadis. Keahlian ini diajarkan oleh ibu saya, dan saya juga mengajarkannya kepada anak perempuan saya. Dari hasil menjual besek inilah kami bisa menambah penghasilan untuk kebutuhan dapur dan sekolah anak-anak."
Pertanian Lahan Kering sebagai Penopang Tambahan
Meskipun kerajinan bambu menjadi primadona, masyarakat Desa Turus tidak sepenuhnya meninggalkan sektor pertanian. Sebagai penopang tambahan dan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, mereka memanfaatkan lahan tegalan yang ada untuk menanam tanaman yang tahan terhadap kondisi lahan kering. Komoditas yang umum dibudidayakan antara lain singkong, jagung, ubi, dan kacang-kacangan. Hasil panen dari pertanian ini sebagian besar dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual ke pasar terdekat.Selain itu, hampir setiap keluarga juga memiliki beberapa ekor kambing yang dipelihara di pekarangan. Ternak ini berfungsi sebagai tabungan dan sumber pupuk organik untuk kebun mereka. Sinergi antara kerajinan, pertanian lahan kering, dan peternakan skala kecil ini menciptakan model ekonomi subsisten yang tangguh dan adaptif terhadap kondisi alam setempat.
Kehidupan Sosial Perajin dan Infrastruktur Pendukung
Kehidupan sosial di Desa Turus sangat unik karena menyatunya ruang domestik dan ruang produksi. Rumah bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga bengkel kerja. Suara bambu yang dibelah dan irama anyaman menjadi musik latar keseharian desa. Semangat komunal sangat terasa, di mana para perajin dalam satu lingkungan sering bekerja bersama sambil bercengkerama, menciptakan ikatan sosial yang kuat.Dari sisi infrastruktur, akses jalan yang memadai menjadi kebutuhan vital untuk kelangsungan industri ini. Jalan yang baik memudahkan pengangkutan bambu dari kebun ke rumah-rumah perajin dan distribusi produk jadi ke para pengepul atau pasar. Pemerintah desa terus berupaya melakukan perbaikan dan pengerasan jalan secara bertahap. Selain itu, ketersediaan listrik yang stabil juga penting, terutama bagi perajin yang mulai menggunakan mesin sederhana untuk menipiskan bilah bambu.
Tantangan dan Peluang di Era Modern
Di tengah ketangguhannya, industri kerajinan bambu di Desa Turus menghadapi sejumlah tantangan serius. Pertama, dominasi tengkulak dalam rantai pasar membuat harga jual di tingkat perajin sering kali sangat rendah, tidak sebanding dengan jerih payah mereka. Kedua, persaingan dengan kemasan plastik yang murah dan praktis masih menjadi ancaman. Ketiga, regenerasi perajin menjadi isu krusial; tidak semua generasi muda tertarik untuk melanjutkan kerajinan yang dianggap rumit dan kurang menghasilkan ini.Namun, di balik tantangan tersebut, terbentang peluang yang sangat besar. Isu lingkungan global dan meningkatnya kesadaran akan produk ramah lingkungan telah mengangkat kembali citra kemasan tradisional seperti besek. Ini merupakan momentum bagi Desa Turus untuk mempromosikan produknya sebagai solusi kemasan berkelanjutan. Peluang lainnya terletak pada diversifikasi produk. Selain besek, para perajin dapat didorong untuk menciptakan produk turunan bambu lainnya yang lebih modern, seperti peralatan rumah tangga, hiasan dinding, atau kap lampu.Dengan penguatan kelembagaan melalui koperasi atau BUMDes, pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran langsung, serta sentuhan inovasi pada desain produk, Desa Turus memiliki potensi untuk mengubah warisan tradisionalnya menjadi industri kreatif yang mendunia. Desa ini ialah bukti nyata bahwa dari sebilah bambu, kehidupan dan harapan dapat terus dianyam.
            